KEPUASAN HIDUP
Hagai 1:1-14
Oleh: Mauli Siahaan
Setiap manusia memiliki keinginan yang tiada habis-habisnya. Banyak orang menemukan dan mencapai banyak hal tetapi tetap tidak peranah puas dalam kehidupannya. Hal itu terbukti dalam kehidupan banyak orang, yang walaupun hartanya sudah banyak tetapi tetap mencari dan mengumpulkan lebih banyak lagi. Orang yang sudah terkenal, ingin lebih terkenal lagi. Orang yang sudah punya jabatan yang tinggi, ingin jabatan yang lebih tinggi lagi. Orang yang sudah berkuasa, ingin lebih berkuasa lagi. Tidak akan pernah habis-habisnya manusia mengejar dan mencari karena pada dasarnya hidup manusia tidak ada puas-puasnya.
Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel pada masa nabi Hagai pasca pembuangan. “Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya.” (ayat 6, 9) Bangsa itu memiliki kekurangan sekalipun mereka sudah bekerja keras. Mereka tidak memiliki kepuasan hidup sekalipun mereka mendapatkan apa yang menjadi hasil dari kerja keras mereka. Hal itu terjadi karena mereka meninggalkan panggilan mereka sebagai umat Tuhan yang telah dipanggil dari pembuangan untuk masuk pada pemulihan Allah.
Memang hidup tidak akan pernah mengalami kepuasan kalau kita tidak menempatkan Allah secara benar dalam kehidupan kita dan tidak menyadari kehidupan kita yang sesungguhnya di hadapan Allah. Apapun usaha kita dalam dunia ini tidak akan pernah membawa kepada kupuasan kalau Allah tidak pernah mendapat tempat yang tepat dalam kehidupan kita. Newton pernah berkata, “Dalam hati manusia memiliki banyak ruang. Dan setiap ruang yang ada bisa diisi oleh berbagai hal yang ada dalam dunia ini, seperti: kekayaan, kedudukan, kehormatan dan lain sebagainya. Tetapi ada satu ruang yang ada dalam hati manusia yang tidak dapat diisi oleh apapun dan oleh siapapun kecuali Allah pencipta manusia itu.” Itulah sebabnya ada banyak orang di dunia ini yang walaupun sudah memiliki banyak hal tetapi tetap saja merasa kurang dan tidak pernah puas dalam kehidupannya.
Tetapi setiap kita yang walaupun memiliki banyak hal yang kurang namun kita akan merasa puas kalau kita menyadari bahwa kepuasan itu berasal dari Tuhan. Bagimanakah hidup yang memiliki kepuasan itu?
Memprioritas Allah diatas segala sesuatu.
“Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: ‘Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? ... Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.’” (ayat 4, 9) Bangsa Israel kembali dari pembuangan sesuai dengan janji Allah setelah mereka mengalami pembuangan selama 70 tahun. Dan pada masa Raja Koresy dari Pesia bangsa Israel kembali dari pembuangan untuk satu maksud supaya membangun kembali Bait Allah yang sudah hancur. Pada awalnya bangsa itu memulai pembangunan itu, tetapi ketika mereka mendapatkan pertentangan dari orang-orang di sekitar mereka maka terhentilah pembangunan Bait Allah selama 16 tahun. Dan bangsa itu kemudian sibuk dengan urusan mereka sendiri. Mereka berpikir bahwa belum waktunya untuk memikirkan pembangunan Bait Allah. Itulah sebabnya mereka lebih suka memikirkan dan memprioritaskan urusan mereka sendiri. Itulah sebabnya Allah sangat marah atas bangsa itu sehingga mendatangkan hukuman atas mereka. Hal itulah yang membuat bangsa itu tidak mengalami apa yang mereka kerjakan dan upayakan. Kalaupun mereka mendapatkan apa yang mereka kerjakan, tetapi Tuhan menghancurkannya. Itulah sebanya mereka tidak pernah mengalami kepuasan.
Apapun usaha kita dalam dunia ini kalau kita menomorduakan Allah, maka kita tidak akan pernah puas-puasnya. Tetapi kalau kita memprioritaskan Allah diatas segala sesuatu, maka kita akan merasa puas didalam Dia. ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33) Kalau Kerajaan Allah dan kehendak-Nya menjadi prioritas utama dalam kehidupan kita, maka kita akan mensyukuri hidup ini apapun keadaannya. Kepuasan akan kita temukan dalam hidup kita kalau Allah mendapat prioritas utama dalam hidup kita. Apakah itu di pekerjaan, rumah tangga, dan juga dalam kehidupan kita secara pribadi.
Mentaati Allah lebih daripada yang lain.
“Lalu Zerubabel bin Sealtiel dan Yosua bin Yozadak, imam besar, dan selebihnya dari bangsa itu mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan juga perkataan nabi Hagai, sesuai dengan apa yang disuruhkan kepadanya oleh TUHAN, Allah mereka; lalu takutlah bangsa itu kepada TUHAN.” (ayat 12) Setelah bangsa itu mendengar firman Allah, mereka tidak mencari-cari alasan untuk membenarkan diri, tetapi mereka mentaati Allah dan firman-Nya. Mereka lebih takut pada Allah daripada masalah dan persoalan yang sedang mereka hadapi.
Kalau kita mentaati Allah lebih daripada siapapun dalam dunia ini, maka kita akan memiliki kepuasan hidup karena kita akan disertai oleh Tuhan. “Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN.” (ayat 13) Dan kalau Tuhan yang menyertai hidup kita, maka kita akan menikmati hidup ini dan itulah kepuasan hidup.
Siapa yang lebih saudara taati dan takuti hari ini? Apakah orang-orang dan masalah di sekitarmu yang lebih engkau taati? Kalau itu yang terjadi maka apapun yang diberikan oleh mereka kepadamu tidak akan pernah memuaskan engkau. Tetapi jikalau Allah yang lebih engkau taati, maka Dia yang akan bertanggung jawab akan hidupmu untuk membawa engkau kepada kepuasan hidup.
Melibatkan diri dalam pekerjaan Tuhan.
”TUHAN menggerakkan semangat Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua bin Yozadak, imam besar, dan semangat selebihnya dari bangsa itu, maka datanglah mereka, lalu melakukan pekerjaan pembangunan rumah TUHAN semesta alam, Allah mereka,” (ayat 14) Bangsa itu kemudian melibatkan diri untuk kembali ambil bagian dalam melanjutkan pembangunan Bait Allah. Dan ketika mereka kembali melibatkan diri dalam pekerjaan Tuhan itu, maka pada ayat-ayat selanjutnya Tuhan berkata bahwa mereka akan diberkati. “apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!” (2:19)
Kalau ingin memiliki hidup dalam kepuasan, maka libatkanlah dirimu dalam pekerjaan Tuhan. Jangan hanya menjadi penonton atau hanya ingin menikmati berkat-Nya, tetapi berbuatlah sesuatu agar rumah Tuhan atau Tubuh Kristus dibangun. Tidak ada hidup yang lebih berarti - dan itulah hidup dalam kepuasan - dari hidup yang melayani. (*)
No comments:
Post a Comment